119 Min l Biography, Drama, Sport l 8 Desember 2017 (USA)
Director : Craig Gillespie
Writers : Steven Rogers
Stars : Margot
Robbie, Sebastian Stan, Allison Janney,…
Margot Robbie menjadi daya tarik
tersendiri bagi penulis untuk menontonya, tidak ada alasan lain. Hali itu cukup
logis karena Margot Robbie selalu memberikan penampilan unik disetiap filmnya
terutama saat menjadi Harley Quinn.
Bercerita tentang Tonya Harding (Margot
Robbie) seorang atlet ice skating bertalenta. Berada didunia olah
raga ice skating dengan kesan umum para atlet yang anggun, nyatanya Tonya tidak begitu dan dikelilingi lingkungan tidak harmonis secara langsung bepengaruh terhadap karirnya. Dibesarkan oleh ibunya
yang terkesan abusive, Lavona Harding (Allison Janney) dengan sikap keras serta
menganggap semua atlet ice skating lain adalah lawan, membuat Tonya tidak
memiliki teman dekat sesama atlet. Lavona mempertaruhkan semua yang dia punya
demi menjadikan Tonya sebagai yang terbaik dalam dunia ice skating.
Sang Ibu
menganggap anaknya lebih kuat dalam keadaan marah membuat hampir disetiap perlombaan
dia selalu berusaha agar sang anak menjadi "ganas" terlebih dahulu, hingga tidak heran
Lavona rela membayar orang untuk menaikan amarah Tonya. Tidak hanya sang ibu
yang secara langsung mempengaruhi kondisi psikologi dari Tonya, Jeff Gilloy
(Sebastian Stan) adalah suami dan salah satu perusak “kestabilan”. Bukan menjadi
suami yang baik bagi tokoh utama, Gilooly tidak sengaja menjadi bagian dari sosok
penghancur dalam karir ice Skating Tonya.
Karakter Tonya, Lavona, dan Jeff
adalah sosok sentral yang memberikan komposisi sempurna dalam film, ketiganya begitu kuat dalam membangun momentum. Tokoh-tokoh tersebut sangat berhasil mengisi
setiap plot dengan mempesona. Margot berhasil mengambarkan atlet ice skating
yang mudah meledak tetapi mampu membuat penulis merasa empati denganya dalam
beberapa kondisi. Nilai plus diberikan berkat beberapa gerakan yang dilakukan langsung oleh Margot dan
begitu mempesona, walaupun untuk bagian “Triple
Axel”nya harus dibantu CGI. Yash…
lagi-lagi pemeran Tonya berhasil dengan actingnya, terutama untuk part fall sang tokoh utama. credit lainya diberikan untuk Lavona dan Jeff, keduanya merupakan sosok jahat tapi baik dalam film dengan semua sikapnya, kita dapat tau bahwa
mereka merupakan tokoh antagonis dalam hidup Tonya walaupun yang dilakukan oleh
keduanya berdasarkan rasa sayang.
Audio dan Visual begitu dinamis dan indah serta mendukung beberapa adegan
membawa penonton kepada sebuah komedi ironi. Musik pengiring mendapatkan penilaian khusus tatkala penulis mendengarkanya dalam beberapa scene dan tertawa setelahnya, track
sungguh membuat momentum komedi terbangun. Bantuan CGI untuk adegan lomba
menambah nilai positif untuk film dan memperindah gerakan Tonya saat “Triple Axel”, hal yang wajar saat adegan tersebut harus dibantu CGI karena
tidak banyak atlet sungguhan bisa gerakan tersebut.
Secara pencapaian, sulit rasanya untuk
mendapatkan untung dalam segi keuangan, balik modal saja rasanya agak mustahil.
Kisah Tonya Harding yang hanya terblow up ditingkat domestik dan pemasaran film
membuat hasilnya bisa ditebak kearah merugi. Tetapi dalam hal penghargaan,
nominasi Oscar akan menjadi sebuah reward yang tidak berlebihan dengan apa yang
telah penulis saksikan. Komposisi menarik dari kisah hidup yang tidak banyak
diketahui tetapi punya nilai moral melimpah, musik yang berhasil membangun
momentum, adegan dengan bumbu “breaking
the fourth wall” yang semakin mengajak penonton untuk terlibat dalam ironi
kehidupan Tonya dan karakter-karakter kuat didalamnya menjadi salah satu alasan
kenapa “ I, Tonya” menjadi film wajib untuk Calon Sineasss.
No comments:
Post a Comment